Belajar Kode Morse

Saat saya masih SMP umur 15 tahun, saya ingin menjadi anggota Amatir Radio. Dimasa itu, syarat untuk dapat menjadi Amatir Radio adalah harus mampu menerima kode Morse dengan kecepatan 5 WPM (word per minute / kata per menit).

Saya dan teman main mencoba belajar mengirim dan menerima kode Morse. Alat yang digunakan adalah sebuah pembangkit nada dengan IC 555 dan tuas buatan sendiri. Waktu itu saya dan teman hanya bisa berkomunikasi dengan kode Morse secara pelan dan terbatas. Syarat 5 WPM sepertinya susah, apalagi untuk mencapai kecepatan 8 WPM untuk tingkat Penggalang atau 12 WPM untuk tingkatan Penegak. Jadi dengan modal pas-pasan 5 WPM, saya berhasil menjadi anggota Amatir tingkat Siaga.

Saat itu, membayangkan naik tingkat ke Penggalang dengan syarat 8 WPM sepertinya momok yang menakutkan. Susah .. tidak mungkin bisa .. 5 WPM saja sudah susah. Jadi selama bertahun-tahun saya hanya menikmati hobby Amatir Radio terbatas pada komunikasi phone dan tidak pernah naik tingkat dan akhirnya hobby radio jadi membosankan dan kalah dengan dunia Internet yang memang saat itu sedang menjamur.

Namun setelah bekerja, hobby radio kembali saya bangkit. Kali ini saya coba lagi untuk mempelajari kode Morse. Untungnya dari internet saya menemukan metode belajar kode Morse yang berbeda dari yang dilakukan saat SMP. Metode ini berbeda dengan cara belajar yang pernah diajarkan sebelumnya, dimana kita diajarkan untuk dapat menerima kode Morse secara reflek tanpa berusaha menterjemahkan bentuk garis atau titik. Cara belajar ini bernama “Koch Method”, sesuai dengan penemunya yaitu seorang psikolog Jerman, Ludwig Koch pada tahun sekitar 1930an.

Koch menemukan bahwa belajar menerima kode Morse akan lebih mudah dengan melatih pendengaran dan reflek untuk mengartikan irama menjadi huruf. Inilah kunci utama yang perlu diingat. Menerima kode Morse harus menjadi reflek yang dimiliki, tanpa perlu membayangkan bentuk titik atau garis, atau berapa titik, berapa garis. Tidak mungkin bisa menerima kode Morse dengan kecepatan tinggi jika kita masih membayangkan bentuk yang ada. Pada metode belajar yang lama, kita menyuruh otak untuk mengolah dari nada ke bentuk titik atau garis, lalu menyusunnya menjadi satu kode dan kemudian mencari dari tabel Morse; huruf apakah ini. Dengan cara ini, otak kita akan kesulitan karena terlalu banyak yang perlu dilakukan hanya untuk menterjemahkan satu huruf saja.

Jadi, cara belajar Morse yang tepat adalah dengan cara mendengarkan dua huruf yang berbeda dalam kode Morse dengan kecepatan yang cukup. Dan dilakukan berulang-ulang sampai otak kita sudah reflek menerima kedua huruf tersebut. Saat sudah mencapai tingkat keberhasilan 90%, maka huruf ketiga ditambahkan kedalam latihan dan diulang sampai ketiga huruf tersebut mencapai keberhasilan penerimaan 90%. Demikian seterusnya sampai semua kode Morse dapat diterima dengan reflek.

Kecepatan awal yang diajurkan adalah 8WPM atau lebih. Lebih tinggi kecepatan, maka akan lebih cepat terbentuknya reflek karena otak tidak akan sempat lagi membayangkan “bentuk” dari kode yang dikirim. Kemudian Koch juga menemukan bahwa urutan huruf yang optimal adalah sebagai berikut :

K M R S U A P T L O W I . N J E F 0 Y , V G 5 / Q 9 Z H 3 8 B ? 4 2 7 C 1 D 6 X =

Dengan adanya perubahan syarat untuk menjadi Amatir Radio, sekarang kita tidak perlu lagi lulus tes menerima kode Morse. Namun, ada mengapa kita membatasi kemampuan kita jika tidak sulit untuk mencapai kemampuan yang lebih itu. Memiliki tingkat kemahiran Morse yang benar-benar berguna di udara dan dalam keadaan darurat lainnya. Dengan memiliki kemampuan menerima kode Morse, kita akan menambah kenikmatan Radio Amatir Anda tanpa batas.

Comments